Para ilmuwan di Rice University di Houston, TX, Sekolah Medis McGovern di The University of Texas Health Science Center, dan Texas A&M Health Science Center telah berhasil menemukan jenis batubara yang mampu melindungi tubuh dari sel-sel rusak atau radikal bebas.
Hasil temuan ini dirilis dalam unggahan Medical News Today, yang menjelaskan bahwa batubara yang ditemukan tersebut mengandung antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas yang umumnya bisa dipaparkan melalui asap rokok, polusi udara, pestisida, sinar UV, radiasi dan lain-lain.
Pencarian sumber alam yang mengandung antioksidan ini merupakan bentuk kerja sama para ahli di seluruh dunia untuk mengatasi radikal bebas berlebihan, yang dapat memicu stroke, penyakit kardiovaskular, kanker, dan penyakit mematikan lainnya.
Di tahun-tahun sebelumnya, beberapa ahli pernah menemukan antioksidan yang bisa diturunkan dari graphene quantum dots (GQDs), suatu zat yang dapat diekstraksi dari batubara biasa. Adanya hasil temuan ini telah membuat para ilmuwan mampu memanipulasi zat untuk menciptakan sesuatu yang dapat memerangi stres oksidatif dengan cara yang lebih murah namun tetap efektif.
Di samping itu, hasil penelitian yang dituliskan dalam jurnal ACS Applied Material and Interfaces, menyebutkan jika para ahli akhirnya menemukan solusi setelah menambahkan polietilen glikol (PEG) ke titik-titik kuantum yang diturunkan dari batubara ini. Untuk membuktikan hasil penelitian, beberapa tikus pun diberi konsentrasi titik batubara yang berbeda. Kemudian mereka melihat hasil positif pada tikus yang telah diuji.
Menukil Business Times, terdapat dua jenis batubara yang digunakan dalam penelitian, di mana para peneliti telah mengekstraksi titik-titik kuantum. Dua batubara tersebut adalah antrasit dan batubara bitumen.
Baca Juga : Ini Agenda Hilirisasi Batubara RI yang Sudah Terealisasi
Dengan hasil penelitian, para ahli menemukan jika di antara keduanya, titik-titik kuantum dari batubara antrasit jauh lebih efektif dalam melestarikan lebih banyak sel bahkan dengan kuantitas minimum.
Kendati demikian, para peneliti percaya masih banyak yang bisa ditemukan mengenai studi ini. Pernyataan ini didukung oleh James Tour, salah satu ahli kimia di Rice University, yang mempunyai keyakinan yang terfokus pada hal itu. Ia percaya di masa depan, dengan penemuan ini, masyarakat di masa depan akan lebih sehat dan akan dapat hidup lebih lama lagi.